MESIN CERDAS LAMPU OTOMATIS BERDASARKAN PENDETEKSIAN



Apakah mungkin membuat mesin menjadi cerdas? Sangat mungkin di era teknologi yang berkembang pesat ini, membuat mesin menjadi cerdas bukanlah hal yang mustahil. Manusia merupakan makhluk yang cerdas karena manusia memiliki akal sehat, pengetahuan dan pengalaman. Manusia memperoleh pengetahuan dari belajar, semakin banyak pengetahuan yang dimiliki maka manusia akan lebih mampu menyelesaikan permasalahan. Selain itu, manusia juga diberi akal untuk melakukan penalaran dan mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman.
Apakah kita mampu membuat mesin yang lebih cerdas dari manusia? Saat ini terdapat istilah yang populer yaitu kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Menurut Idhawati Hestiningsih, kecerdasan buatan adalah bagian ilmu komputer yang mempelajari bagaimana membuat mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia bahkan dapat lebih baik dari yang dilakukan manusia. Untuk membuat mesin mejadi cerdas perlu dibekali pengetahuan dan kemampuan nalar. Terdapat dua bagian utama dalam aplikasi kecerdasan buatan, antara lain pengetahuan (knowledge base) yang berisi fakta-fakta, teori, pemikiran dan hubungan antara satu dengan lainnya, serta motor inferensi (inference engine) yaitu kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan pengalaman.
            Program kecerdasan buatan dapat ditulis dalam bahasa C, Pascal, Basic dan bahasa pemrograman lainnya. Tetapi saat ini sedang dikembangkan bahasa pemrograman khusus untuk aplikasi kecerdasan buatan yaitu LISP dan PROLOG. Lingkup yang utama dalam kecerdasan buatan adalah sistem pakar (expert system), pengolahan bahasa alami (natural language processing), pengolahan ucapan (speech recognition), robotikan dan sistem sensor, computer vision, intelligent computer-aided instruction, serta game playing.
            Para ilmuwan sedang berlomba-lomba menciptakan mesin yang dapat menampung berbagai kecerdasan. Soft computing merupakan sebuah inovasi sistem cerdas yang mampu beradaptasi dan belajar menjadi lebih baik lagi jika pada lingkungan mengalami perubahan. Terdapat empat macam metodologi yang digunakan dalam soft computing, yaitu sistem fuzzy (mengakomodasi ketidaktepatan), jaringan syaraf (menggunakan pembelajarana), probabilistic reasoning (mengakomodasi ketidakpastian) dan evaluationary computing (optimasi) dengan menggunakan algoritma genetika.
Pada era modern saat ini kebutuhan terhadap energi listrik terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan perkembangan dunia industri. Indonesia merupakan negara paling boros dalam pemakaian listrik di ASEAN. Pada umumnya pemborosan listrik terjadi di area perkantoran atau bangunan publik, seperti penggunaan mesin penyejuk udara (air conditioner, AC) dan lampu yang tetap hidup meski tidak diperlukan. Penggunan listrik pada AC yaitu diatas 45% sedangkan pada lampu sebesar 30%. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran manusia dan cenderung tidak peduli terhadap upaya penghematan listrik. Setidaknya di Universitas Gunadarma saat ini menggunakan sistem kartu untuk mengontrol penggunaan listrik di dalam kelas.
            Sejumlah peneliti telah merancang sistem kontrol lampu untuk memantau atau mendeteksi seseorang yang keluar dan masuk ruangan dengan sensor inframerah yang kemudian diproses oleh mikrokontroler Atmega16. Sistem ini masih terdapat kekurangan yaitu dibutuhkan tenaga operator di ruang kontrol untuk menghidup-matikan lampu. Kemudian sistem kontrol lampu menggunakan modul detektor PIR (Passive Infra-Red) untuk medeteksi keberadaan orang. Masalah utama penerapan PIR adalah waktu pendeteksi yang sangat singkat.
            Perancangan sistem kontrol lampu otomatis menggunakan hardware yang terdiri dari rangkaian minimum mikrokontroler, catudaya dan relay sedangkan untuk software menerapkan koding bahasa C. Mesin ini dapat dikatakan cerdas sebab ia mampu mendeteksi ada tidaknya orang dalam suatu ruangan dengan menggunakan sensor PIR dengan area jangkauan maksimum sensor yaitu 4,3 meter pada sudut 0° dan 2 meter pada posisi tepi (30° ke kanan dan kiri) dari posisi tengah sinyal.
Ketika sensor dihubungkan ke catudaya (power supply), terdapat rentang waktu yang diperlukan untuk pemanasan sensor yaitu sekitar 25,52 detik. Setelah pemanasan, sensor langsung mendeteksi sinar inframerah dari objek, kemudian mengirimkan logika high ke mikrokontroler pada port untuk mengaktifkan lampu secara otomatis. Lama waktu deteksi sensor pada benda yang tidak bergerak rata-rata 5,37 detik. Lampu akan hidup secara otomatis selama sensor masih mendeteksi adanya sinar inframerah dari objek. Sensor dapat menembus benda tipis seperti plastik, kertas dan kain, tetapi tidak untuk benda tebal seperti gabus, papan (ketebalan 1m) dan kaca.

Sumber :
Idhawati Hestiningsih – Kecerdasan_buatan.pdf – e-learning.kaputama.ac.id
Galoeh Otomo, Wildian – Jurnal fisika Unand, 2013 – jfu.fmipa.unand.ac.id